Kamis, 29 September 2016

Awardee, so sweetest thing ♡

Bismillahirrahmanirrahim..
Yogyakarta, 30 September 2016.

Tadi pagi, saya dan awardee Beasiswa Unggulan Batch 2 tahun 2016 mendapatkan bimbingan teknis dan menandatangani kontrak.

Alhamdulillah, sekarang semuanya terasa lebih baik. Kontrak ini berarti banyak buat saya. Berarti bahwa "perjuangan" saya terbayar sudah, dan berarti pula bahwa ada "perjuangan" lain yang harus segera dimulai.

Saya ingin sharing pengalaman pribadi saya kepada teman teman khususnya yang berniat melanjutkan studi pascasarjana dan untuk all of scholarship hunters.
Semoga bermanfaat yaaa 😊

👫👬👭👪💑👪💑

Jangan tanyakan saya soal gagal, saya bahkan pernah berhenti sebelum mencoba (lagi).
Tapi meski saya berhenti, akan selalu ada fase yang mengharuskan saya bangkit lagi. Fase ini disebut harapan baru.
Harapan baru yang hadir seiring perjalanan baru dalam hidup.

Dalam hidup, jangan pernah kehilangan harapan. Karena harapan, menjadikan kamu benar benar hidup.

🙆🙆🙆🙆

■NIHILISME, BEASISWA STRATA 1■
Waktu S1 dulu, saya pernah ikut beasiswa PPA, tapi ngga dapet. Salahnya dimana saya juga bingung, apalagi kalo diliat dari IPK. Yoweslah, mungkin memang bukan rejeki.

Saya juga pernah ikut beasiswa yang diselenggaakan 2 pihak swasta berbeda, hasilnya juga sama.

Semester akhir kuliah saya ngga ikut lagi beasiswa apapun. Meski IPS saya pernah mencapai 3,91.
Ini mungkin kesalahan karena saya berhenti mencoba. Tp saat itu saya pikir memang beasiswa ini bukan utk saya.

^^
Seorang teman saya saat S1 yang mengalami hal serupa pernah bilang gini, "Ya udah din mungkin bukan rejeki kita di S1. Semoga dapat beasiswa S2". Kata-katanya masih terekam jelas di memori saya sampai saat ini.

Ya, rejeki itu sudah ada yang mengatur. Dan setiap manusia, punya rejeki masing-masing yang tidak akan tertukar pemiliknya selama kita berikhtiar.

Alhamdulillah, beasiswa S2 menjadi bagian dari rezeki yang Allah kasi ke saya. Beasiswa penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Alhamdulillah 'ala kulli hal.

■SARJANA■
Menyelesaikan studi S1 selama 3tahun 3bulan 13 hari dengan predikat "tercepat", kadang kala menciptakan tuntutan lain yang kamu belum siap.

Dari awal masuk kuliah, saya tidak berpikiran lulus kuliah cepat. Saya menikmati masa-masa kuliah dengan se-abrek tugas dan kegiatan organisasi. Senang betul, ditambah lagi sahabat-sahabat yang super duper membahagiakan *meski kadang bikin ngedumel juga hihi*

A
pa yang dilakukan org kebanyakan saat menyandang gelar sarjana?
Kerja? Saya udah coba beberapa bulan. Dan jujur saja, kata bapak saya, saya ini "bonyok". Kerja dikit udah ngeluh capek, padahal cuma ngajar beberapa jam per harinya.

Bisnis? Udah saya coba juga. Alhamdulillah lancar. Cuma pasang surut. Kalo lagi surut akhirnya semangat owner nya ikutan surut.

Menikah? Belum deh. ----zzzzzz

Akhirnya, saya memutuskan buat KULIAH LAGI.
Alasannya sederhana, karena saya masih pengen kuliah.

■UM-PASCASARJANA■
Saya ikut Ujian Masuk pascasarjana di Universitas Negeri Yogyakarta, dengan pilihan pertama, prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP).

Saya tertarik prodi ini karena saya jatuh cinta dengan "metodologi penelitian". Saya menikmati betul masa2 menulis skripsi.
Dan saya percaya bahwa ketika kita melakukan sesuatu karena cinta, semuanya terasa lebih mudah. InshaAllah.

Kenapa pilih UNY? Karena kata orang, kota jogja pas buat belajar. Juga, prodi PEP yang paling bagus itu di UNY, prodi pertama yang ada di pascasarjana UNY dan akreditasinya A.

Mantap.
Saya tes.
Modal nekat.
H-3 tes baru saya "merayu mama". Menjelaskan semuanya dengan bahasa anak kepada ibu.
Saya tau betul mama nda pingin saya jauh. Tapi pilihan ini saya ambil penuh pertimbangan, semata-mata juga untuk mama dan bapak.

Alhamdulillah saya punya ibu yang pengertian. Saya diizinkan.

Sayangnya, bapak tidak demikian.
Bapak masih berat. Saya pikir, bapak perlu waktu. Saya tidak menentang bapak, bapak dan saya hanya belum berada di frekuensi yang sama.

Tapi, orang tua tetaplah orang tua. Di hari saya berangkat saat sy di bandara bapak mengirim messenger yang isinya begini, "Selamat jalan putriku. Semoga kebaikan dan keberkahan Allah selalu, senantiasa, dan selamanya menaungimu. Doa bapak menyertai setiap langkah dan cita-citamu. BarakAllah Fi Safarina".

Hati saya meleleh seketika. Meleleh. Leleh 😂

Semangat saya naik berkali kali lipat.
Karena ridho orang tua adalah ridho Allah. Maka dalam melakukan apapun, ridho orang tua yang menentukan hasil akhirnya.
Ini kunci. Kunci pembuka segala pintu rejeki.
Silahkan dicoba 😊😊

Dengan modal nekat tadi. Saya berangkat sendiri ke tanah jawa untuk pertama kalinya.
Saya pergi hari sabtu. Tes hari minggu. Pulang hari senin.

Saya ikut gelombang II. Pesertanya mencapai 900 orang.
Kuota prodi PEP hanya 9 orang!

Dan alhamdulillah, saya 1 dari 9 orang yg mendapat nikmat rezeki itu. Alhamdulillah.

■BERBAGAI PILIHAN■
Saya mendaftarkan diri ke salah satu program beasiswa. Kalau lolos, saya akan kuliah di salah satu universitas di jakarta.
Dari ratusan pelamar, saya lolos 25 besar. Dan menjadi satu-satunya awardee dari Pulau Kalimantan.

Beasiswa penuh. Bahkan disediakan sebuah asrama.
Sayangnya, prodi yang ditawarkan sebenarnya tidak sesuai minat saya. Saya mengambil program ini sebagai pilihan kedua apabila saya tidak lolos seleksi UM.

Terlebih saat itu, saya sudah mentransfer biaya daftar ulang di UNY.
*pengumuman kelulusan di UNY lebih dulu 2 minggu dibandingkan program ini*

Ini juga bagian dari skenario Allah, kalau saja waktunya dibalik. Mungkin akan lain cerita.

Akhirnya, saya mengundurkan diri di hari terakhir masa verifikasi. Saya mengundurkan diri supaya pelamar yang lain dapat menggantikan saya.

Menyesal? Saat itu, pasti. Tapi hidup ini pilihan.

^^^

Menolak satu pilihan, saya harus siap dengan pilihan lain.

Waktu itu saya bertekad betul untuk program beasiswa yang satu ini. Beasiswa yang cukup "populer" yang ditawarkan pemerintah kepada seluruh mahasiswa di Indonesia.

Segala persyaratan sudah saya siapkan, hanya 1 yang belum yakni skor "TOEFL" yang belum mencapai standar, akan saya ceritakan tentang toefl di bagian setelah ini.

Sayangnya, beasiswa ini mengharuskan pelamar dinyatakan lolos minimal 6 bulan sebelum perkuliahan dimulai.

Saat itu, 2 bulan lagi masuk kuliah dan 2 bulan lagi pula pengumuman kelolosan beasiswa tsb.
Maka saya sudah tidak masuk kriteria.
Habis sudah.

Beasiswa ini sepertinya bukan jodoh saya. Dan memang bukan jodoh saya.

Saya sempat putus asa.
Bahkan saya berpikir bahwa keputusan saya melanjutkan kuliah adalah keputusan tergesa-gesa.

■TOEFL■
Skor toefl saya, ah buruk sekali. Jauhhhhh sekali dari standar minimum beasiswa.

Saya memang tidak pernah sekalipun mengikuti kursus bahasa inggris.

2 bulan pasca wisuda, barulah saya mengikuti kelas toefl selama 2 minggu.

Biaya les toefl tidak terbilang murah. Selain itu, saya juga dikejar waktu buat pendaftaran beasiswa.
2 minggu itu benar2 tak ingin saya lewatkan percuma.
Kalau saya gagal menembus skor minimum, kesempatan beasiswa pun pupus sudah.

Eng ing eng~

Alhamdulillah setelah mengikuti kelas ini, nilai skor saya melonjak drastis.

Saya seketika jadi optimis.
Tapi saya belum berani mengikuti tes toefl. Saya pikir juga, beasiswa yang mau saya ikuti sudah pupus. Tes toefl nya nanti saja~

Kata "nanti saja" ini perlahan tapi pasti membuat bumerang tersendiri bagi kita. Menunda pekerjaan sekarang berarti menumpuk pekerjaan di masa depan.
Itu terbukti, akan saya paparkan di bagian selanjutnya.

■BEASISWA UNGGULAN■
Saya mendapat info beasiswa ini dari seorang teman kira kira sebulan sebelum penutupan pendaftarannya. Kategorinya ada beberapa, saya memilih ikut seleksi kategori masyarakat berprestasi.

Semua syarat saya siapkan satu per satu. Seperti, proposal rencana studi, surat rekomendasi dan syarat2 yang banyak ituuu 😉

Lagi-lagi, satu syarat yang belum terpenuhi, sertifikat TOEFL.
Oh, toefl..

Saya pun memutuskan ikut tes. Siap tidak siap harus tes.
Saya belajar sendiri dan minta ajarin seorang kakak baik hati yang pinter.

■DILEMA■
Akhirnya saya mendaftar tes toefl. Dijadwalkan tes tanggal 13 agustus.

Saya harus berangkat sebelum tanggal 22 utk ospek mahasiswa baru. Saya pesan tiket tanggal 17 agustus krn waktu itu sy msh harus mengurus lirs di jogja.

H-3 sebelum tes.
Tes toefl diundur karena kuota belum terpenuhi.

Tes diundur menjadi tanggal 20 agustus.
Saya sudah pesan tiket tanggal 17 agustus, seharian saya mengusahakan tes di tempat lain, tapi hasilnya nihil.

Saya pulang ke rumah.
Mengusahakan tes toefl di jogja, tapi disana malah kuotanya sudah penuh.
Ini adalah buah dari kebiasaan "menunda" yang saya lakukan karena kata "nanti saja".

~~~~~

Saya pikir, mungkin ini akhirnya. Sudahlah, jangan terlalu dipaksakan.

Saya sempat tidur sejenak. Lelah betul rasanya hari itu.
Belum sempat terlelap, saya memutuskan mengundur keberangkatan. Pihak travel-nya bilang bisa, tapi denda-nya hampir setengah harga tiket. Aaakkkkkk, terkuras tabungan yang dikasi mamaaaa 😂😂

Akhirnya. Saya mengundur penerbangan tanggal 21 agustus. Sy melupakan sejenak lirs dsb.
Ospek? Tepat tanggal 22. Bisa kok ya, kan strong. Saat itu yang saya pikirkan hanya memenuhi syarat terakhir utk mendaftar beasiswa ini.

Saya hanua fokus belajar untuk tes toefl agar mencapai skor melebihi batas minimum 📝📝📝📝📝📝

■WELCOME TO JOGJA■
Sampai di kost *cieee anak kost* jam 19.30.
Saya membongkar koper ditemani kakak kost sembari ngobrol2 dan perkenalan awal, saya ingin memastikan bahwa baju untuk ospek besok ada di koper hitam.

Saya bawa 2 koper, 2 tas jinjing dan 1 tas ransel plus 1 tas selempang.
Over bagasi 19 kg 😂😂😂
Jadi sisanya di bagasi kan biar ngga terlalu mahal biayanya. Koper hijau dibagasikan dan sampai di jogja besok siang.

Dan baju kemeja utk ospek ada di koper hijau. Semua jilbab saya juga ada di koper hijau. Lengkap sudah penyambutan di jogja.

Besoknya saya tetap ikut ospek, dengan baju dan jilbab minjam. 😂😂😂😂

■H-1 PENUTUPAN PENDAFTARAN■
Waktu bersifat kaku sekali. Ia terus berputar tanpa henti hingga tanggal 30 agustus, H-1 penutupan pendaftaran beasiswa. Dan sertifikat toefl saya belum juga keluar.

Sertifikat toefl biasanya keluar dalam waktu 14 hari, paling cepat 10 hari.
Terhitung sudah hari ke-10 dari tanggal tes, sertifikat belum keluar.

Harap harap cemas.
Kalau besok sertifikatnya belum keluar, maka saya tidak dapat memenuhi syarat sebagai pelamar.

Saat itu, skenario-Nya lah yang menjawab apakah kali ini saya mengalami nihilisme untuk kesekian kalinya atau ini babak baru dalam fase kehidupan saya.

■DEADLINE■
Alhamdulillah, sertifikatnya sudah ada. Dengan bantuan seorang teman yang baik hati di Pontianak, dia mengambilkan sertifikat dan men-scan lalu mengirim via email kepada saya.

Anehnya, saat saya mencoba mengupload sertifikat tsb di laman pendaftaran online, tertulis di layar "silahkan mendaftar kembali di batch selanjutnya".

Apa pendaftarannya ditutup lebih awal?
Apa saya sudah tidak terdaftar?
Apa sudah seleksi dan saya gagal?

Pertanyaan negatif itu berputar-putar di kepala saya. Saat itu, H-7 jam sebelum penutupan pendaftaran.

Saya mencoba menghubungi kontak penyelenggara beasiswa, tapi saluran sibuk. Sebenarnya saya sudah mencoba menghubungi panitia sejak 3 hari lalu. Tersambung tapi saluran sibuk, etc.

Saya juga sudah mengirim email ke panitia penyelenggara namun belum ada jawaban.

■H-1 JAM PENUTUPAN PENDAFTARAN■
Jam 21.00 mama menelfon, selama disini jadwal mama menelfon minimal 3x sehari. Yah maklum, mama belum terbiasa dengan status baru anaknya sebagai anak rantau.

Kali ini mama menelfon cukup larut malam. Waktu itu adik saya sedang membantu bapak mengetik berkas. Biasanya, saya yang membantu bapak, namun kali ini tugas dilimpahkan ke adik saya. Hehe

Karena sudah larut malam, saya pun tidak ada something to do. Maka saya menawarkan diri untuk membantu bapak menyelesaikan ketikan berkas.

H-1 jam penutupan pendaftaran, tepat pukul 23.00 berkas sudah selesai sy ketik dan akan saya kirim lewat email.

Saat saya buka email, ada balasan dari pihak panitia.
Ternyata, akun saya belum ter-submit. Saya diberikan langkah-langkah dan mengikutinya.

Tepat beberapa menit sebelum pendaftaran, setelah meng-unggah sertifikat toefl barulah saya men-submit akun. Dan di layar tertulis "anda sudah terdaftar".

Ya Rabb..
Saya menangis malam itu.
Kalau bukan karena telfon dari mama dan berkas bapak yang deadline. Malam itu mungkin saja saya tidak terdaftar sebagai pelamar.

Ini skenario. Kalau memang sudah takdirnya, ada saja sesuatu yang kita sebut "kebetulan", padahal semua sudah terencana oleh Yang Maha Memiliki.

■MENGGUNCANGKAN 'ARASY■
Tetuah dari mama selalu menjadi salah satu tonggak utama perjalanan hidup saya.
Mama termasuk mem-bebas-kan saya, membiarkan saya menentukan jalan yang ingin saya raih. Asalkan, jangan pernah melupakan Allah. Bapak juga demikian, hanya bapak memiliki versi yang lebih "tegas".

Karena sejauh apapun pencapaian dalam hidup kita, tujuan akhirnya hanya kembali kepada Allah.

Kata mama, dunia ini milik Allah. Jadi kalo mau minta ya sama Allah. Salah satu caranya lewat "mengguncangkan arasy", yakni dengan tahajud.
Tahajud seperti panah yang tak akan meleset.

Resep ini benar benar mujarab.
Silahkan coba sendiri di rumah masing masing. InshaAllah, tugas kita ikhtiar dan berdoa. Hasilnya, biarkan skenario Allah yang menentukan.

Bersyukur. Saya lolos masuk ke tahap wawancara. Dan lolos juga di tahap wawancara yang akhirnya ditetapkan sebagai awardee Beasiswa Unggulan Batch II tahun 2016.
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah..


^^^

Satu hal yang pasti, dalam hidup kita akan selalu menemukan fase-fase baru yang menuntut diperjuangkan. Maka jangan pernah lelah apalagi "takut" dan menyerah, selama setiap yang kita lakukan berdasar pada lillah.
Karena istirahatnya seorang muslim itu nanti ketika sudah sampai ke syurga.

Saat ini fase saya adalah berjuang studi S2, menjadikan studi ini berlimpahan manfaat tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga nantinya utk org banyak. Dan yang terutama, studi ini kelak dapat saya pertanggungjawabkan di hadapan Allah subhana hu wa ta'ala.
Mohon doa dari teman-teman semoga studi saya lancar dan semoga Allah memberkahi segala urusan kita.
Aamiin Ya Rabbal 'alamin.

Salam dari Kota Pelajar,
Andina Nurul Wahidah, S.Pd