Kamis, 29 September 2016

Awardee, so sweetest thing ♡

Bismillahirrahmanirrahim..
Yogyakarta, 30 September 2016.

Tadi pagi, saya dan awardee Beasiswa Unggulan Batch 2 tahun 2016 mendapatkan bimbingan teknis dan menandatangani kontrak.

Alhamdulillah, sekarang semuanya terasa lebih baik. Kontrak ini berarti banyak buat saya. Berarti bahwa "perjuangan" saya terbayar sudah, dan berarti pula bahwa ada "perjuangan" lain yang harus segera dimulai.

Saya ingin sharing pengalaman pribadi saya kepada teman teman khususnya yang berniat melanjutkan studi pascasarjana dan untuk all of scholarship hunters.
Semoga bermanfaat yaaa 😊

👫👬👭👪💑👪💑

Jangan tanyakan saya soal gagal, saya bahkan pernah berhenti sebelum mencoba (lagi).
Tapi meski saya berhenti, akan selalu ada fase yang mengharuskan saya bangkit lagi. Fase ini disebut harapan baru.
Harapan baru yang hadir seiring perjalanan baru dalam hidup.

Dalam hidup, jangan pernah kehilangan harapan. Karena harapan, menjadikan kamu benar benar hidup.

🙆🙆🙆🙆

■NIHILISME, BEASISWA STRATA 1■
Waktu S1 dulu, saya pernah ikut beasiswa PPA, tapi ngga dapet. Salahnya dimana saya juga bingung, apalagi kalo diliat dari IPK. Yoweslah, mungkin memang bukan rejeki.

Saya juga pernah ikut beasiswa yang diselenggaakan 2 pihak swasta berbeda, hasilnya juga sama.

Semester akhir kuliah saya ngga ikut lagi beasiswa apapun. Meski IPS saya pernah mencapai 3,91.
Ini mungkin kesalahan karena saya berhenti mencoba. Tp saat itu saya pikir memang beasiswa ini bukan utk saya.

^^
Seorang teman saya saat S1 yang mengalami hal serupa pernah bilang gini, "Ya udah din mungkin bukan rejeki kita di S1. Semoga dapat beasiswa S2". Kata-katanya masih terekam jelas di memori saya sampai saat ini.

Ya, rejeki itu sudah ada yang mengatur. Dan setiap manusia, punya rejeki masing-masing yang tidak akan tertukar pemiliknya selama kita berikhtiar.

Alhamdulillah, beasiswa S2 menjadi bagian dari rezeki yang Allah kasi ke saya. Beasiswa penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Alhamdulillah 'ala kulli hal.

■SARJANA■
Menyelesaikan studi S1 selama 3tahun 3bulan 13 hari dengan predikat "tercepat", kadang kala menciptakan tuntutan lain yang kamu belum siap.

Dari awal masuk kuliah, saya tidak berpikiran lulus kuliah cepat. Saya menikmati masa-masa kuliah dengan se-abrek tugas dan kegiatan organisasi. Senang betul, ditambah lagi sahabat-sahabat yang super duper membahagiakan *meski kadang bikin ngedumel juga hihi*

A
pa yang dilakukan org kebanyakan saat menyandang gelar sarjana?
Kerja? Saya udah coba beberapa bulan. Dan jujur saja, kata bapak saya, saya ini "bonyok". Kerja dikit udah ngeluh capek, padahal cuma ngajar beberapa jam per harinya.

Bisnis? Udah saya coba juga. Alhamdulillah lancar. Cuma pasang surut. Kalo lagi surut akhirnya semangat owner nya ikutan surut.

Menikah? Belum deh. ----zzzzzz

Akhirnya, saya memutuskan buat KULIAH LAGI.
Alasannya sederhana, karena saya masih pengen kuliah.

■UM-PASCASARJANA■
Saya ikut Ujian Masuk pascasarjana di Universitas Negeri Yogyakarta, dengan pilihan pertama, prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP).

Saya tertarik prodi ini karena saya jatuh cinta dengan "metodologi penelitian". Saya menikmati betul masa2 menulis skripsi.
Dan saya percaya bahwa ketika kita melakukan sesuatu karena cinta, semuanya terasa lebih mudah. InshaAllah.

Kenapa pilih UNY? Karena kata orang, kota jogja pas buat belajar. Juga, prodi PEP yang paling bagus itu di UNY, prodi pertama yang ada di pascasarjana UNY dan akreditasinya A.

Mantap.
Saya tes.
Modal nekat.
H-3 tes baru saya "merayu mama". Menjelaskan semuanya dengan bahasa anak kepada ibu.
Saya tau betul mama nda pingin saya jauh. Tapi pilihan ini saya ambil penuh pertimbangan, semata-mata juga untuk mama dan bapak.

Alhamdulillah saya punya ibu yang pengertian. Saya diizinkan.

Sayangnya, bapak tidak demikian.
Bapak masih berat. Saya pikir, bapak perlu waktu. Saya tidak menentang bapak, bapak dan saya hanya belum berada di frekuensi yang sama.

Tapi, orang tua tetaplah orang tua. Di hari saya berangkat saat sy di bandara bapak mengirim messenger yang isinya begini, "Selamat jalan putriku. Semoga kebaikan dan keberkahan Allah selalu, senantiasa, dan selamanya menaungimu. Doa bapak menyertai setiap langkah dan cita-citamu. BarakAllah Fi Safarina".

Hati saya meleleh seketika. Meleleh. Leleh 😂

Semangat saya naik berkali kali lipat.
Karena ridho orang tua adalah ridho Allah. Maka dalam melakukan apapun, ridho orang tua yang menentukan hasil akhirnya.
Ini kunci. Kunci pembuka segala pintu rejeki.
Silahkan dicoba 😊😊

Dengan modal nekat tadi. Saya berangkat sendiri ke tanah jawa untuk pertama kalinya.
Saya pergi hari sabtu. Tes hari minggu. Pulang hari senin.

Saya ikut gelombang II. Pesertanya mencapai 900 orang.
Kuota prodi PEP hanya 9 orang!

Dan alhamdulillah, saya 1 dari 9 orang yg mendapat nikmat rezeki itu. Alhamdulillah.

■BERBAGAI PILIHAN■
Saya mendaftarkan diri ke salah satu program beasiswa. Kalau lolos, saya akan kuliah di salah satu universitas di jakarta.
Dari ratusan pelamar, saya lolos 25 besar. Dan menjadi satu-satunya awardee dari Pulau Kalimantan.

Beasiswa penuh. Bahkan disediakan sebuah asrama.
Sayangnya, prodi yang ditawarkan sebenarnya tidak sesuai minat saya. Saya mengambil program ini sebagai pilihan kedua apabila saya tidak lolos seleksi UM.

Terlebih saat itu, saya sudah mentransfer biaya daftar ulang di UNY.
*pengumuman kelulusan di UNY lebih dulu 2 minggu dibandingkan program ini*

Ini juga bagian dari skenario Allah, kalau saja waktunya dibalik. Mungkin akan lain cerita.

Akhirnya, saya mengundurkan diri di hari terakhir masa verifikasi. Saya mengundurkan diri supaya pelamar yang lain dapat menggantikan saya.

Menyesal? Saat itu, pasti. Tapi hidup ini pilihan.

^^^

Menolak satu pilihan, saya harus siap dengan pilihan lain.

Waktu itu saya bertekad betul untuk program beasiswa yang satu ini. Beasiswa yang cukup "populer" yang ditawarkan pemerintah kepada seluruh mahasiswa di Indonesia.

Segala persyaratan sudah saya siapkan, hanya 1 yang belum yakni skor "TOEFL" yang belum mencapai standar, akan saya ceritakan tentang toefl di bagian setelah ini.

Sayangnya, beasiswa ini mengharuskan pelamar dinyatakan lolos minimal 6 bulan sebelum perkuliahan dimulai.

Saat itu, 2 bulan lagi masuk kuliah dan 2 bulan lagi pula pengumuman kelolosan beasiswa tsb.
Maka saya sudah tidak masuk kriteria.
Habis sudah.

Beasiswa ini sepertinya bukan jodoh saya. Dan memang bukan jodoh saya.

Saya sempat putus asa.
Bahkan saya berpikir bahwa keputusan saya melanjutkan kuliah adalah keputusan tergesa-gesa.

■TOEFL■
Skor toefl saya, ah buruk sekali. Jauhhhhh sekali dari standar minimum beasiswa.

Saya memang tidak pernah sekalipun mengikuti kursus bahasa inggris.

2 bulan pasca wisuda, barulah saya mengikuti kelas toefl selama 2 minggu.

Biaya les toefl tidak terbilang murah. Selain itu, saya juga dikejar waktu buat pendaftaran beasiswa.
2 minggu itu benar2 tak ingin saya lewatkan percuma.
Kalau saya gagal menembus skor minimum, kesempatan beasiswa pun pupus sudah.

Eng ing eng~

Alhamdulillah setelah mengikuti kelas ini, nilai skor saya melonjak drastis.

Saya seketika jadi optimis.
Tapi saya belum berani mengikuti tes toefl. Saya pikir juga, beasiswa yang mau saya ikuti sudah pupus. Tes toefl nya nanti saja~

Kata "nanti saja" ini perlahan tapi pasti membuat bumerang tersendiri bagi kita. Menunda pekerjaan sekarang berarti menumpuk pekerjaan di masa depan.
Itu terbukti, akan saya paparkan di bagian selanjutnya.

■BEASISWA UNGGULAN■
Saya mendapat info beasiswa ini dari seorang teman kira kira sebulan sebelum penutupan pendaftarannya. Kategorinya ada beberapa, saya memilih ikut seleksi kategori masyarakat berprestasi.

Semua syarat saya siapkan satu per satu. Seperti, proposal rencana studi, surat rekomendasi dan syarat2 yang banyak ituuu 😉

Lagi-lagi, satu syarat yang belum terpenuhi, sertifikat TOEFL.
Oh, toefl..

Saya pun memutuskan ikut tes. Siap tidak siap harus tes.
Saya belajar sendiri dan minta ajarin seorang kakak baik hati yang pinter.

■DILEMA■
Akhirnya saya mendaftar tes toefl. Dijadwalkan tes tanggal 13 agustus.

Saya harus berangkat sebelum tanggal 22 utk ospek mahasiswa baru. Saya pesan tiket tanggal 17 agustus krn waktu itu sy msh harus mengurus lirs di jogja.

H-3 sebelum tes.
Tes toefl diundur karena kuota belum terpenuhi.

Tes diundur menjadi tanggal 20 agustus.
Saya sudah pesan tiket tanggal 17 agustus, seharian saya mengusahakan tes di tempat lain, tapi hasilnya nihil.

Saya pulang ke rumah.
Mengusahakan tes toefl di jogja, tapi disana malah kuotanya sudah penuh.
Ini adalah buah dari kebiasaan "menunda" yang saya lakukan karena kata "nanti saja".

~~~~~

Saya pikir, mungkin ini akhirnya. Sudahlah, jangan terlalu dipaksakan.

Saya sempat tidur sejenak. Lelah betul rasanya hari itu.
Belum sempat terlelap, saya memutuskan mengundur keberangkatan. Pihak travel-nya bilang bisa, tapi denda-nya hampir setengah harga tiket. Aaakkkkkk, terkuras tabungan yang dikasi mamaaaa 😂😂

Akhirnya. Saya mengundur penerbangan tanggal 21 agustus. Sy melupakan sejenak lirs dsb.
Ospek? Tepat tanggal 22. Bisa kok ya, kan strong. Saat itu yang saya pikirkan hanya memenuhi syarat terakhir utk mendaftar beasiswa ini.

Saya hanua fokus belajar untuk tes toefl agar mencapai skor melebihi batas minimum 📝📝📝📝📝📝

■WELCOME TO JOGJA■
Sampai di kost *cieee anak kost* jam 19.30.
Saya membongkar koper ditemani kakak kost sembari ngobrol2 dan perkenalan awal, saya ingin memastikan bahwa baju untuk ospek besok ada di koper hitam.

Saya bawa 2 koper, 2 tas jinjing dan 1 tas ransel plus 1 tas selempang.
Over bagasi 19 kg 😂😂😂
Jadi sisanya di bagasi kan biar ngga terlalu mahal biayanya. Koper hijau dibagasikan dan sampai di jogja besok siang.

Dan baju kemeja utk ospek ada di koper hijau. Semua jilbab saya juga ada di koper hijau. Lengkap sudah penyambutan di jogja.

Besoknya saya tetap ikut ospek, dengan baju dan jilbab minjam. 😂😂😂😂

■H-1 PENUTUPAN PENDAFTARAN■
Waktu bersifat kaku sekali. Ia terus berputar tanpa henti hingga tanggal 30 agustus, H-1 penutupan pendaftaran beasiswa. Dan sertifikat toefl saya belum juga keluar.

Sertifikat toefl biasanya keluar dalam waktu 14 hari, paling cepat 10 hari.
Terhitung sudah hari ke-10 dari tanggal tes, sertifikat belum keluar.

Harap harap cemas.
Kalau besok sertifikatnya belum keluar, maka saya tidak dapat memenuhi syarat sebagai pelamar.

Saat itu, skenario-Nya lah yang menjawab apakah kali ini saya mengalami nihilisme untuk kesekian kalinya atau ini babak baru dalam fase kehidupan saya.

■DEADLINE■
Alhamdulillah, sertifikatnya sudah ada. Dengan bantuan seorang teman yang baik hati di Pontianak, dia mengambilkan sertifikat dan men-scan lalu mengirim via email kepada saya.

Anehnya, saat saya mencoba mengupload sertifikat tsb di laman pendaftaran online, tertulis di layar "silahkan mendaftar kembali di batch selanjutnya".

Apa pendaftarannya ditutup lebih awal?
Apa saya sudah tidak terdaftar?
Apa sudah seleksi dan saya gagal?

Pertanyaan negatif itu berputar-putar di kepala saya. Saat itu, H-7 jam sebelum penutupan pendaftaran.

Saya mencoba menghubungi kontak penyelenggara beasiswa, tapi saluran sibuk. Sebenarnya saya sudah mencoba menghubungi panitia sejak 3 hari lalu. Tersambung tapi saluran sibuk, etc.

Saya juga sudah mengirim email ke panitia penyelenggara namun belum ada jawaban.

■H-1 JAM PENUTUPAN PENDAFTARAN■
Jam 21.00 mama menelfon, selama disini jadwal mama menelfon minimal 3x sehari. Yah maklum, mama belum terbiasa dengan status baru anaknya sebagai anak rantau.

Kali ini mama menelfon cukup larut malam. Waktu itu adik saya sedang membantu bapak mengetik berkas. Biasanya, saya yang membantu bapak, namun kali ini tugas dilimpahkan ke adik saya. Hehe

Karena sudah larut malam, saya pun tidak ada something to do. Maka saya menawarkan diri untuk membantu bapak menyelesaikan ketikan berkas.

H-1 jam penutupan pendaftaran, tepat pukul 23.00 berkas sudah selesai sy ketik dan akan saya kirim lewat email.

Saat saya buka email, ada balasan dari pihak panitia.
Ternyata, akun saya belum ter-submit. Saya diberikan langkah-langkah dan mengikutinya.

Tepat beberapa menit sebelum pendaftaran, setelah meng-unggah sertifikat toefl barulah saya men-submit akun. Dan di layar tertulis "anda sudah terdaftar".

Ya Rabb..
Saya menangis malam itu.
Kalau bukan karena telfon dari mama dan berkas bapak yang deadline. Malam itu mungkin saja saya tidak terdaftar sebagai pelamar.

Ini skenario. Kalau memang sudah takdirnya, ada saja sesuatu yang kita sebut "kebetulan", padahal semua sudah terencana oleh Yang Maha Memiliki.

■MENGGUNCANGKAN 'ARASY■
Tetuah dari mama selalu menjadi salah satu tonggak utama perjalanan hidup saya.
Mama termasuk mem-bebas-kan saya, membiarkan saya menentukan jalan yang ingin saya raih. Asalkan, jangan pernah melupakan Allah. Bapak juga demikian, hanya bapak memiliki versi yang lebih "tegas".

Karena sejauh apapun pencapaian dalam hidup kita, tujuan akhirnya hanya kembali kepada Allah.

Kata mama, dunia ini milik Allah. Jadi kalo mau minta ya sama Allah. Salah satu caranya lewat "mengguncangkan arasy", yakni dengan tahajud.
Tahajud seperti panah yang tak akan meleset.

Resep ini benar benar mujarab.
Silahkan coba sendiri di rumah masing masing. InshaAllah, tugas kita ikhtiar dan berdoa. Hasilnya, biarkan skenario Allah yang menentukan.

Bersyukur. Saya lolos masuk ke tahap wawancara. Dan lolos juga di tahap wawancara yang akhirnya ditetapkan sebagai awardee Beasiswa Unggulan Batch II tahun 2016.
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah..


^^^

Satu hal yang pasti, dalam hidup kita akan selalu menemukan fase-fase baru yang menuntut diperjuangkan. Maka jangan pernah lelah apalagi "takut" dan menyerah, selama setiap yang kita lakukan berdasar pada lillah.
Karena istirahatnya seorang muslim itu nanti ketika sudah sampai ke syurga.

Saat ini fase saya adalah berjuang studi S2, menjadikan studi ini berlimpahan manfaat tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga nantinya utk org banyak. Dan yang terutama, studi ini kelak dapat saya pertanggungjawabkan di hadapan Allah subhana hu wa ta'ala.
Mohon doa dari teman-teman semoga studi saya lancar dan semoga Allah memberkahi segala urusan kita.
Aamiin Ya Rabbal 'alamin.

Salam dari Kota Pelajar,
Andina Nurul Wahidah, S.Pd

Minggu, 19 Juni 2016

Untuk dia 🎂

Kata orang, ada 2 hal yang sulit dilupakan di dunia ini yakni; yang pertama dan yang terakhir.

□□□

Teringat 4 tahun lalu waktu pertama kali menginjakkan kaki di FKIP berstatus sebagai mahasiswa.

Di lapangan dengan panas yang terik, ada ribuan mahasiswa baru yang waktu itu berpakaian samaaaaaa. Sama leceknya, sama polosnya sm botaknya, dan sama sama maba lah panggilannya.

Waktu itu rasanya kayak orang asing.
Rasanya kayak sendiri di tengah keramaian (haha bukan baper loh ya).

Kami dikelompokkan berdasarkan prodi. Dari 90 orang lebih prodi pend.ekonomi, tidak satupun ada temen SMA sy disitu. Tidak ada yg bisa disenyumin atau diajak bicara. Takutnya kalau senyum tiba2 dikira naksir (bagi pria), atau bisa dikira nyengir (bagi wanita). Jd hari itu sy diam saja. Mengikuti alur penerimaan mahasiswa baru yg mau tidak mau harus dilakukan.

Kami duduk berbaris di lapangan. Mepet sekali barisnya.
Di depan sy, ada perempuan mungil dengan rambut sebahu agak keriting tp lurus 😨

Sy ajak dia kenalan.
Waktu itu sy cuma tnya namanya lalu dia tny nama sy balik.

Dia teman pertama saya saat kuliah 👌
Senyumnya ramah. Waktu itu sy berharap semoga bs sekelas sm dia, krn setidaknya kan ada 1 org yg sdh sy kenal kalau di kelas nnt. Hihi

□□□
Hari pertama kuliah..
Ah harapan sy terkabul ternyata. Kami sekelas!
Meskipun krn sy dtg agak terlambat. Dia duduk di bangku depan, sy duduk di bangku belakang.
Tidak masalah. Setidaknya waktu itu ada yg bs sy senyumin pas masuk kelas.

□□□
Waktu berlalu dan berlalu.

Jujur saja, kuliah di fkip sebenarny sama sekali tak pernah terbayangkan atau ter-harap-kan oleh sy.
Tapi menemukan orang2 baik seperti mereka, membuat hari hari saat kuliah jadi hari hari indah yang membuat pagi tampak lebih cerah.

Mereka, "Antum Crew" (jangan tanya kenapa nama ini dipilih atau atas dasar apa dan mengapa nama ini), intinya kami bersepuluh bersahabat 👭👭👭👭👭

Dan salah satu dari mereka adalah dia.

□□□
Semester 3 dan pemilihan BKK (Bidang Keahlian Khusus).
Kesepuluh anak AC, 7 orang masuk BKK pend. akuntansi sedangkan 3 orang masuk BKK pend. koperasi.
Dan saya + dia masuk BKK yang sama, pendidikan akuntansi.

□□□
Semester 4,5,6
Tugas kelompok yang diberikan dosen tak terhitung jumlahnya.
PD. Defara, Enduring, Sacofu, dan banyak tugas tugas lainnya.
Saya dan dia jugaaaa selalu di kelompok yang sama.

Waktu itu sempat ada yang namanya "bidadari syurga", yang kini berganti nama "ukhti ukhti" 👭👭👭👭
Kami bersahabat dekat. Bukan gengster apalagi mafia. Bukaaaan. Hanya sahabat.

Jadi selain antum crew, ada pula ukhti ukhti (yang jelas kami tidak alay, kalaupun iya mgkn sedikit)

Di ukhti ukhti, juga ada diaaaaaa.
Hmmm..

And then,
Kelompok micro teaching saya dan dia juga sama.

Satu lagi, saya dan dia juga sama2 masuk kepengurusan hima 😃😆😂😄

□□□
Semester 7
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
Saya ditempatkan di SMK Negeri 3 Pontianak.
Dan coba tebaaaaaaakkkk.
Dia juga ditempatkan di sekolah yang samaaaa..

Saat nulis ini sy jadi mikir, apa kami JODOH?

Ah, saya yakin betul bukan namanya yang tertulis di lauhul mahfudz untuk saya. Saya yakin 1000000000000 %

■■
Dan hari ini, 19 juni 2016 dia berulang tahun.
Badannya boleh mungil, mukanya bolehlah imut2 gemyesss gimana gitu.
Tapi dia, telah mendahului saya memasuki umur ke 22.
🎂🎂🎂🎂

Saya ucapkan terima kasih yaaa sudah menjadi bagian yang indah selama tahun tahun perkuliahan.

Maaf mungkin blm bs jadi sahabat yg baik, msh byk nyebelin dsb.

Krn setelah ini, mungkin kita tak lagi berada di kota yang sama. Tapi semoga doa selalu mampu mendekatkan kita ya. Aamiin

🎉🎉🎉
Semoga Allah meridhai setiap langkah yang telah dan akan engkau lalui.
Mengabulkan cita citamu.
Disayang orang orang sekelilingmu.
Makin shalihah.
Dan semoga sehat selalu.

Pastinya, cepet wisudaaaaa 🎓

Happy milad untuk dia, teman ^pertama^ saya saat kuliah..
Semoga saya jadi yang ^terakhir^ ngucapin hari ini.

Karena kata orang, jadi yang pertama dan terakhir itu sulit dilupakan (katanyaaaaa).

Shangeil chukkae hamnida yaaaaaa.

♡♡♡♡♡
Pontianak, 19 Juni 2016.
Untuk dia, Auliya Fidhiyanti.

Kamis, 10 Maret 2016

"Stop Khayal, Start Amal" and its all about you.

Tak terlukiskan tentang perasaan. Meskipun ribuan kata bahkan ratusan kalimat ku sampaikan dalam sekali perjumpaan, rasanya takkan cukup meluahkan segala hal yang selama ini aku pendam. Ada hasrat yang sebenarnya ingin terkatakan. Ada ingin yang sebenarnya selalu terpanjatkan. Dan pada akhirnya, aku tetap hanya bisa diam dan menahan.

Perjumpaan pertama kita adalah ketidaksengajaan yang menjadi bagian skenario yang telah Allah subhanahu wa ta’ala tuliskan. Skenario perjumpaan yang disebabkan karena berada dalam satu ruang lingkup dunia perkuliahan kala itu, membuatku sedikit gugup saat melihatmu melintas di lorong depan kelas.

Saat itu, kita mungkin hanya mengenal sebatas nama saja, sebatas mengetahui bahwa engkau adalah senior dan aku adalah junior. Kita saling menghormati dan hanya berkomunikasi tak lebih karena urusan organisasi. Satu hal yang ku tahu saat itu, engkau adalah sosok murah senyum yang tidak tinggi hati.

Masa perkuliahan semester awal sempat membuatku hampir “melambaikan tangan ke kamera” karena tak sanggup. Ritme nya sungguh berbeda dari masa sekolah dulu. Terlebih kesibukan organisasi yang hampir seperti lalu lintas di ibu kota pukul tujuh pagi, yang ruwet, macet dan sungguh menaikkan emosi. Ya, di tahap awal memang adaptasi adalah hal terpenting yang wajib dilewati, dengan keikhlasan dan tanpa mengeluh tentunya.

Masa adaptasi terasa mudah dilalui dengan adanya teman-teman dan sahabat yang selalu saling support saat terjatuh dan saling menguatkan saat sama-sama berdiri. Suka dan duka yang pernah dilalui bersama mereka, malaikat tanpa sayap yang kupanggil sahabat itu, akan selalu jadi memori manis yang dikenang sepanjang hidup.

Memori indah lainnya, adalah mengenalmu. Aku bersyukur dipertemukan denganmu, salah satu sebab cerahnya pagi ku yang kadang suntuk, salah satu sebab bersinarnya siangku yang kadang menyengat dan salah satu sebab setiap hari sibuk nan padat merayap dapat terlalui dengan ringan. Mengenalmu, adalah hal yang indah. Mengingat setiap hari yang memiliki kisah denganmu, sering membuatku geli sendiri.

Aku bukan tipe orang yang mudah jatuh hati. Bahkan terkadang, aku sedikit anti untuk mengenal “dekat” seorang laki-laki. Masa transisi saat aku mengenakan hijab pada bulan Februari 2010, membuatku sangat selektif tentang pergaulan dengan lawan jenis. Sebab Bapak (panggilan untuk ayahku), selalu berpesan untuk menjaga diri dengan baik karena aku seorang wanita yang dapat menjadi sebesar-besarnya fitnah bagi dunia.

Sekuat-kuatnya aku menahan debaran yang bergejolak dalam dada, pada akhirnya aku pun perempuan yang punya hati dan suatu hari bisa runtuh juga. Pertemuan yang diawali benih kekaguman itu akhirnya berbuah menjadi perasaan lain yang aku tak tau pasti itu apa. Aku sudah berkomitmen tidak akan pacaran sampai halal, inshaAllah.

Olehnya, dari hari pertama perjumpaan itu hingga tahun-tahun berikutnya, aku selalu berusaha menahan. Hingga suatu masa, setelah sekian lama mengenal tanpa ikatan apapun dan hanya berstatus teman, akhirnya ia mengungkapkan perasaan yang ternyata juga ia pendam selama ini.

MashaAllah. Jantungku berdebar hebat saat mendengar pernyataan “maut” itu. Rasanya aku tak ingin mendengarnya. Karena pada masa itu, kami sama-sama masih menempuh pendidikan. Bisa dibilang, tidak ada dari kami yang siap memulai hubungan yang lebih serius kalaupun kami menyatakan memiliki perasaan yang sama. Keseriusan hanya dapat dibuktikan dengan keinginan menikah. Jika bukan menikah, maka bagiku itu hanya main-main belaka. Cinta-cintaan anak muda yang tak tahu kemana ujungnya. Aku tak ingin seperti itu, aku inginkan cinta yang halal dan diberkahi Allah.

Jadi, aku hanya diam seribu bahasa. Dan dia pun tak menginginkan jawaban apapun dariku, hanya sekedar pernyataan saja. Tapi tidakkah dia tahu, pernyataannya itu dapat meluluhlantakkan pertahananku.

Aku harus istiqomah, begitupun dia. Karena hubungan yang kami jalin ini bukan untuk melalaikan keimanan apalagi menggeser yang haram menjadi halal. Pacaran itu haram, kami sama-sama tahu dalilnya. Oleh sebab itu pula, kami hingga saat ini belum pernah berpacaran dengan siapapun. Yang kuharapkan, semuanya dapat terjaga hingga waktu indah yang telah Allah tuliskan di lauhul mahfudz itu tiba.

Dan lagi-lagi hingga saat ini, aku hanya menahan. Menahan keinginan bersamanya di masa ini dengan buncahan harap kebersamaan di masa depan.

Aku percaya yang Maha Mengetahui, lebih paham perihal kepada siapa kelak aku pantas disandingkan.
Menahan hal-hal yang seharusnya tak dilakukan di masa pemantasan.
Menahan yang haram dilakukan sebelum halal.
Tiap kata-kata, tatapan, apalagi tingkah yang harusnya tak dilakukan kepada yang bukan mahram.
Karena aku yakin dan percaya, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, hanya menyandingkan yang baik dengan yang baik pula.

Seperti firman Allah dalam Q.S An-Nur ayat 26:
لِلطَّيِّبَاتِ.اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ

Artinya: “ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.

Kalaupun ada yang dapat terkatakan, hanyalah untaian kalimat yang tak pernah sampai kepada pemiliknya ini dapat menjadi luahan isi hati yang terakhir kali untuknya di masa pemantasan yang sedang dilalui ini,

^^
Duhai engkau yang ku harap tak lagi memenuhi relung pikiran
Duhai engkau yang ku harap selalu terjaga dalam kebaikan
Duhai engkau, manusia baik yang senyumnya menghangatkan
Duhai engkau yang saat ini, bahkan menanyakan kabar pun rasanya kaku dan tak mampu
Bukan karena tak mau, tapi malu
Malu Karena belum tentu yang tertulis di lauhul maufuz untukku adalah namamu
Jadi cukuplah dalam diam ku simpan inginku yang terkadang menggebu-gebu
Semua yang seakan tertahan di dasar yang paling dalam

^^

Memang benar, persoalan memantaskan diri itu seharusnya yang menjadi pokok persoalan Jadi, pantaskan diri sendiri dan berharap hanya kepada Maha Mengabulkan
Jangan lagi berkhayal yang dapat menghabiskan nilai-nilai amal
Selesai sampai disitu

Seharusnya memang perasaan itu tersimpan dalam-dalam, hingga waktu menjawabnya dengan sebuah mahligai pernikahan
Entah itu kita disatukan atau dipisahkan

Dari bumi khatulistiwa  di malam yang pekat ini dengan Allah subhanahu wa ta’ala menjadi saksi, aku memilih meninggalkan.
~

Aku telah memilih meninggalkan karena kau sadar kita belum dapat menghalalkannya saat ini. Apapun yang aku dan engkau harapkan hari ini, bisa saja berubah esok hari. Kita hanyalah manusia dan hamba dari Sang Pembolak-Balik Hati.

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, masih hidupkah kita, masihkan kita diberi kesempatan untuk berada di dunia. Maka aku sudahi segala kegalauan selama ini yang telah memenuhi rongga hati yang kosong iman dan takwa.

Terlalu banyak persoalan di bumi ini yang harus dijadikan sorotan ketimbang mengkhayalkan hal-hal yang memang tidak pasti. Hidup ini tidak hanya tentang diri sendiri. Ingat pula, si dia juga bukan oksigen yang tanpanya akan membuatmu mati tanpanya.

Masih juga g-a-l-a-u ?
Stop. Yuk hijrah. Yakinlah takdir akan mempertemukan sesuatu dengan pemiliknya. Bahasa populernya, tulang rusuk tak akan tertukar. Siapapun engkau, semoga kita kelak disatukan dalam mahligai indah dengan keadaan sakinah.  Di saat yang tepat dan semoga disegerakan.

Di masa muda ini, waktu terlalu berharga dilewatkan hanya dengan kegalauan, kebimbangan dan ketidakpastian angan angan. Perempuan itu harus hebat dan bermartabat. Harus cerdas dan berkelas.

Apalagi yang ngakunya muslimah. Wah, berat itu tugasnya. Harus bersinar layaknya permata, yang tak sembarang orang dapat menyentuhnya. Be positive and start amal sebanyak-banyaknya.

Semoga selalu diberkahi setiap langkah ke depannya.
Semoga amal lebih berat dibandingkan khayal.
Semoga dosa lebih ringan dibandingkan keluhan.
Semoga masa muda ini banyak mengumpulkan bekal buat di alam kekal.
Semoga sibuk yang dilakukan berbuah amal kebaikan yang membaikkan kehidupan, baik di dunia hingga akhirat yang jadi tujuan. Amal untuk diri sendiri, amal utk orang tua dan bermanfaat bagi orang lain.

Yaa muqollibal qulub tsaabit qolbi 'ala dinnik. Yaa Rabbul Izzati, tetapkan hati ku dalam kecintaan-Mu. Aamiin. Stop khayal! Start amal. Lets go muslimah!.

***

Rabu, 17 Februari 2016

Stop khayal, start amal!

Tak terlukiskan tentang perasaan.
Ada hasrat yang sebenarnya ingin terkatakan.
Ada ingin yang sebenarnya selalu terpanjatkan.
Dan pada akhirnya.. aku tetap hanya bisa diam dan menahan.

Menahan ingin bersama mu di masa ini dengan buncahan harap kebersamaan di masa depan.
Karena yang Maha Mengetahui, lebih paham perihal kepada siapa kelak aku pantas disandingkan.

Menahan hal-hal yang seharusnya tak dilakukan di masa pemantasan.
Menahan yang haram dilakukan sebelum halal. Tiap kata-kata, tatapan, apalagi tingkah yang harusnya tak dilakukan kepada yang bukan mahram.
Karena yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, hanya menyandingkan yang baik dengan yang baik pula.

...
Duhai engkau yang ku harap tak lagi memenuhi relung pikiran.
Duhai engkau yang ku harap selalu terjaga dalam kebaikan.
Duhai engkau, manusia baik yang senyumnya menghangatkan.

Duhai engkau yang saat ini, bahkan menanyakan kabar pun rasanya kaku dan tak mampu. Bukan karena tak mau, tapi malu.
Malu.
Karena belum tentu yang tertulis di lauhul maufuz untukku adalah namamu.

Jadi cukuplah dalam diam ku simpan inginku yang terkadang menggebu-gebu.

Semua yang seakan tertahan di dasar yang paling dalam.

Memang benar, persoalan memantaskan diri itu harusnya yang jd pokok persoalan.
Jadi, pantaskan diri dan berharap hanya kepada Maha Mengabulkan.
Selesai sampai disitu.

Masih juga g-a-l-a-u (?)
Hijrah.
Yakinlah takdir akan mempertemukan sesuatu dengan pemiliknya.
Bahasa populernya, tulang rusuk tak akan tertukar.

Siapapun engkau, semoga kita kelak disatukan dalam mahligai indah dengan keadaan sakinah.
Di saat yang tepat nanti (yang semoga disegerakan).

Di masa muda ini, waktu terlalu berharga dilewatkan hanya dengan kegalauan, kebimbangan dan ketidakpastian angan angan.

Perempuan itu harus hebat dan bermartabat.
Harus cerdas dan berkelas.

Apalagi yang ngakunya muslimah 💞

Waaah berat tu tugasnya.
Harus bersinar layaknya permata, yang tak sembarang orang dapat menyentuhnya.

Be positive.

Semoga selalu diberkahi setiap langkah ke depannya. Semoga amal lebih berat dibandingkan khayal. Semoga dosa lebih ringan dibandingkan keluhan.

Semoga masa muda ini banyak ngumpulin bekal buat di alam kekal. Semoga sibuk yang dilakukan menjadi amal.
Amal utk diri sendiri, amal utk orang tua dan bermanfaat bagi org lain.

Yaa muqollibal qulub tsaabit qolbi 'ala dinnik 😊

Yaa Rabbul Izzati, tetapkan hati ku dalam kecintaanMu. Aamiin.

Stop khayal! Start amal.
Lets go mush ^^

Selasa, 09 Februari 2016

"Along udah bukan mahasiswa lagi.."

Bismillahirrahmanirrahim..

Pontianak, 9 Februari 2016.

Di tengah rintik hujan yang tampak dari luar jendela dan dengan suasana syahdu menyeruak di setiap sudut sudut kamar sore ini, aku menghening sesaat.

Seketika, memori 14 desember 2015 itu kembali memenuhi relung pikiran ku di senja ini.
Salah satu momen terbaik dalam hidup, salah satu nikmat luar biasa yang Allah berikan untukku, hambanya yg masih lalai.

Hari itu, sidang skripsi ku digelar dihadapan dosen, teman2 seangkatan, sahabat seperjuangan, adik2 junior, dan juga mama yang turut menyaksikan.

Hari itu pula aku resmi menyelesaikan studi dan mendapat gelar sarjana pendidikan di ujung namaku.
Ya, hari itu. Hari senin bertepatan di hari ulang tahun adik bungsuku, namaku menjadi Andina Nurul Wahidah, S.Pd

Begitu banyak ucapan selamat dan doa2 baik yang diberikan untukku. Setiap detik kenangan di hari itu takkan lekang oleh waktu.
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah 'ala kulli haal.

Sebulan kemudian tepatnya tanggal 27 januari 2016, syukuran fakultas untuk wisudawan wisudawati FKIP Untan dilaksanakan.

MashaAllah..
Aku mendapat kehormatan memberi kesan pesan perwakilan wisudawan di hari itu di depan ratusan pasang mata.

Satu nikmat yang tak terukur indahnya lagi, aku mendapat predikat lulusan tercepat FKIP dengan masa studi 3 tahun 3 bulan 13 hari ♡ i love this number so muchhh

Maju mengambil sertifikat dan bingkisan yang diserahkan langsung dari dekan FKIP Untan, Bapak Martono adalah kejutan nomor 2.

Ada kejutan nomor 1 di hari itu.
Yakni air mata bangga dari bapak dan mama.

Bapak yg juga diberi kesempatan untuk menyampaikan kesan pesan perwakilan orang tua wisudawan, mengucap kata "bangga" nya di hari itu di depan semua hadirin dan tetamu undangan. Jantungku berdegup hebat hari itu!
Bapak yang bahkan sangat sulit menitikkan air mata, hari itu ia mengaku menangis saat mendengar namaku dipanggil menjadi wisudawan tercepat.

Ma, pak.. Aku mencintaimu.
Tanpa cela dan tanpa mengharap apapun. Yang ku inginkan hanyalah kebahagiaanmu.
Kebahagiaanmu di dunia dan akhirat.
Sekali lagi ku sampaikan terima kasih atas cinta kasih mu merawat dan membesarkanku.
Ya Allahu Rabbi, jagalah mama dan bapak. Tempatkan mereka di tempat terbaik di Jannah-Mu. Aamiin Allahumma Aamiin..

--------------
Hari hari itu sudah terlewati.

Kini,
9 Februari 2016.
2 minggu setelah yudisium dan wisuda.

Saat ini, aku sedang menggeluti dunia bisnis. Aku mencoba membuka usaha jilbab syar'i dengan brand name "Gerai 3 Annisa Pontianak". Dengan bantuan modal dari mama dan bapak serta kerjasama dengan teman2ku. Alhamdulillah sejak 13 Januari 2016, produk yang aku tawarkan laris manis di pasaran. Total penjualan saat ini sudah hampir mencapai 125 pcs jilbab.

Saat ini aku juga bekerja di salah satu bimbel (gak jauh dari rumah). Baru seminggu lebih.

Inilah kesibukanku saat ini, selain membantu teman2ku menyelesaikan skripsinya (membantu sebisaku aja yaa), bisnis jilbab, ngajar bimbel dan masih seneng2nya organisasi. Yup, organisasi!
Ini salah satu bagian penting yang tak boleh terlewatkan dalam hidup.
Tepat kemarin, baru terselenggara mysyawarah kohati IX. Kepengurusan kami telah berakhir, tapi persaudaraan yang kami jalin takkan habis hingga akhir zaman. Aamiin. Jayalah kohati! Bahagia HMI ♡

---------
Ini tulisan pertama saya di blog yang terbaru. Blog yang lain entah kemana tidak terurus akhirnya dihapus.

Kita mulai dengan cerita di pagi hari tadi pagi sama bapak.
--------

Alhamdulillahirabbil'alamin..
Hari ini Allah berikan lagi rezeki buat saya.
Dua tawaran kerja dari dua senior yang berbeda. Yg satu diminta ngajar di sebuah sekolah menengah pertama islam swasta dan satunya ngajar privat seorang anak shalihah cantik yang lagi tumbuh di masa produktifnya.

Allahu akbar!

Rasa2nya saya masih "shock" dengan rutinitas saat ini.
Di diskusi terbuka tadi pagi sama bapak. Bapak blg "sekarang along udah bukan mahasiswa lagi, along udah menghadapi kehidupan nyata, sekarang along usah dihadapkan dunia kerja"

Dug. Rasanya kayak naik roller coaster (meskipun blm pernah naik sih hehe)

"ritme along harus berubah sekarang. 3 pekerjaan itu adalah rezeki yang Allah titipkan. along harus bersyukur karena dngn mudah along dapat pekerjaan setelah selesai kuliah"

Kira2 seperti itu tetuah yang bapak sampaikan saat aku meminta pendapat bapak soal tawaran pekerjaan yang aku dapat tadi pagi.

***
Sore ini, aku berpikir ulang. Berpikir lagi dan lagi.
Rasanya aku masih belum siap dengan rutinitas baru ini.
Dulu, bayanganku saat selesai kuliah cepet, nanti mau nonton drama korea terus belajar masak sama siapin diri buat beasiswa s2.
Masih pengen nyantai2 meski bukan di pantai -____-

Tapi keadaan berubah secepat ini.

Siap nda siap ya harus siap.
Yup. Kan bukan anak kecil lagi.
Setiap hari adalah proses mendewasakan diri.
Kalau dewasanya lebih cepat, ya bagus. Harus ekstra juga sih perjuangannya. Semangatnya harus gigih.

MUMPUNG MASIH MUDA.

Jangan ngeluh capek. Bukan saatnya ngeluh. Malu ah ngisi materi terus nyemangatin adek2 mahasiswa baru buat jadi aktivis tangguh tapi diri sendiri masih selemah itu.

Berdirilah dengan tegak!

Setiap detik yqng terjadi dalam hidup,semunya sudah melalui Acc Allah subhanahu wa ta'ala.

Jadi.
Tugas kamu itu bersyukur.
Dan bersyukur itu banyak sekali bentuknya.

----
Hidup ini perjuangan!
Berjuang untuk mati enak.

Lakukan semuanya untuk mencari keridhaan Allah.

Semoga Allah mudahkan setiap langkah dan menjadikannya butir2 berkah.

Kamu siap, dina?


YES, IAM READY (!)


YAKUSA, Yakin usaha sampai!
Yakinkan dengan iman, usahakan dengan amal, sampaikan dengan doa.

Selamat menempuh hidup baru, andina nurul wahidah dan S.Pd nya ☺